Pada tahun 2014 saya dan 70 juta orang untuk pertama kalinya turun dan solid mendukung Jokowi karena kita sadar dia pemimpin yg pluralis yang sanggup memimpin bangsa yang beragam bukan dengan membuat kita seragam.
Buat saya yg lahir sbg kaum minoritas, Pruralisme itu seperti nadi Indonesia! Bayangkan nadi kita rusak maka seluruh fungsi tubuh kita rusak! Jokowi adalah pemimpin yg merawat pluralis dan harus didukung bukan pada saat satu menit di kotak suara tapi harus didukung sampai 2019.
6 bulan ini terasa menyesakkan, gelisah, gak happy seperti sedang nonton film horror yang dari awal sampai pertengahan penonton dibuat tegang dan tidak ada satupun yang dapat memprediksi akhir film ini
Seperti kisah Ahok yang muncul dgn style hero yang bersikap berani menghadapi politisi busuk dr kasus haji lulung, anggaran anggota DPRD yg menjadikan "pemahaman nenek lu" sempat viral, semua pekerjaannya dianggap baik dan setiap kebijakan nya untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan politik apalagi bisnis.
Jujur saja, saya sempat tidak mau terseret pilkada DKI selain krn KTP saya Bekasi yang kedua krn sempat seorang temen SMA yg biasanya baik, kemudian dia memakai kata - kata sakti "untukmu agamamu dan untukku agamaku". Rasa "takut" pun muncul apakah yg saya dukung dan perjuangkan ini benar?
Saya ingat Gusdur pernah bilang "orang Indonesia tidak boleh membedakan sesama atas dasar ras, suku, jender, agama, turunan etnis, dan lain-lain". Gus Dur percaya kalau kita meningkatkan derajat manusia, negaranya juga akan maju.
Derajat manusia ini sedang ditingkatkan oleh Jokowi dengan pembangunan infrastuktur, program reforma agraria dan perhutanan sosial, kartu sehat, program Pendidikan, dan masih banyak lagi yang Jokowi kerjakan yg kemudian semua kabar baik ini seakan tenggelam oleh semua berita kebencian dan saling hujat. Padahal didalam nadi setiap orang di Indonesia mengalir darah yg sama, darah yang cinta bangsa Indonesia, darah yang ingin bangsa kita maju.
Terakhir, minggu lalu Saat Ahok divonis bersalah karena kasus penistaan agama. Segenap pendukung Ahok dan kebhinekaan Indonesia begerak dengan revolusi lilin di berbagai kota di Indonesia, bahkan juga anggota diaspora Indonesia diseluruh dunia menyuarakan dukungan agar Ahok dibebaskan.
Lilin sbg simbol semangat dukungan masyarakat Ahokers yang menjadikan ahok Simbol Hero, Jangan lah tergiring ke arah anti-Jokowi. Karena ini lah yang ditunggu-tunggu komplotan pemecah bangsa yang seperti mengintai kapan kita lengah. Baiklah kita memahami semangat perjuangan Ahok juga semangat perjuangan Jokowi adl sama Jangan sampai kita Lupa akan itu!
Saya Ahokers Juga Jokowers yang mengusung Pluralisme sbg nadi Indonesia dan revolusi lilin ini sebagai gerakan merawat Pruralisme, Mensupport Jokowi. Bersama KITA RAKYAT INDONESIA melawan anti pruralis dan kelompok intoleran!
Berikut adl salah satu syair Cak Nun, biar lah menjadi lilin yang bisa menerangi hati kawan-kawanku :
“Wis anggaplah aku ini kafir fir…
terus opo hakmu utowo hak wong
liyo terhadap aku…
Iki menyangkut martabat manusia….
Mengenai benar kafir tidak orang
itu….
wilayahnya Allah…..
Urusan sesrawung antar manusia …adalah ojo nuding-nuding wong,…
itu merendahkan dan menyakiti
hatinya….
Sedang di dalam Islam ….
sangat dilarang menyakiti hati orang lain….
Wis anggaplah misalnya Gus Dur itu antek Yahudi….
terus kalian mau apa…..
Apakah kalian yakin ….
bahwa saya muslim …
Dari mana kalian tau saya muslim?
Kalau ternyata saya hanya akting?
Kalau darah saya halal….
wis gek ndang dipateni ….
dan okeh sing kudu dipateni….
Allah saja masih memiliki ruang …barangsiapa mau beriman maka berimanlah….
barangsiapa mau kufur…
silakan kufur…..
Maka….
kepada orang yg kita anggap
sesat …
atau kufur….
mbok wis didongakke wae …
supaya diberi hidayah oleh Allah…
Jangan dituding-tuding…
Itu menghina martabat manusia…
Musuh kita adalah kesempitan ….
dan kedangkalan berpikir…
koyo JARAN….
Anda semua harus ombo…
dan jembar pikirane….
Harus mengerti kiasan…
dan konteks-konteks….
Makanya…
sebelum omong banyak tentang Islam….
yuk belajar dulu jadi manusia….
Manusia yang manusia itu melu
keroso loro (sakit)…
kalau ada manusia lainnya disakiti hatinya….
Bahkan kalau kita menyakiti orang
lain …
aslinya kita sendiri juga merasa
sakit….
Manusia yang jembar dan murni …
itu sesungguhnya pandai merasa (rumongso/ngroso)…
Rasulullah saja ketika diprotes
sahabat …
tentang Bilal yang tak bisa mengucap huruf Syin….
kok malah dipilih sebagai muadzin…
justru menjawab…
pokoknya …
kalau kalian mendengar dia
mengucap sin….
padahal yang harusnya syin….
itu maksudnya syin…..
Itulah kearifan Rasulullah…
Kalau kalian tidak menerima hal
ini….
berarti kamu menghina orang
celat….
Bisa kualat kita …
(dikutip dari Quote MH Ainun Najib)